Jakarta, ForumJabar.com–Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Fojukafi) mengelar rakernas 2025 bertema “Membangun Ekosistem Wakaf dan Zakat Digital yang Berkelanjutan” di Leuweung Geledagan, Bogor, pada 8-9 Februari 2025.
“Tujuan rakernas ini berupaya melakukan pemetaan digital terhadap potensi wakaf yang bisa dikembangkan di Indonesia,” ujar Ketua Umum Forjukafi Wahyu Muryadi.
Menurut Wahyu, wakaf adalah instrumen syariah yang dapat diandalkan untuk mengentaskan untuk memajukan ekonomi umat.
“Wakaf merupakan instrumen syariah yang inklusif dan powerful. Karena tidak terikat agama tertentu, orang yang berwakaf boleh non muslim,” ujar Wahyu.
Wahyu yang juga Bendahara Badan Wakaf Indonesia (BWI) menyebutkan, saat ini potensi wakaf di Indonesia sebesar Rp 180 trilyun.
BACA JUGA :
Benarkah Pemkab Bekasi Nonaktifkan 189 Ribu KIS? Yuk Cek Status Anda
“Namun berdasarkan laporan nilainya masih kecil sekitar Rp 3 triliun pada tahun 2024. Karenanya memanfaatkan teknologi digital sudah menjadi keharusan di era saat ini,” tambah Wahyu.
Karenanya, menurut Wahyu, tema rakernas Forjukafi ketiga ini menjadi relevan karena sesuai dengan tantangan di era digital.
Rakernas juga menghadirkan Waely Mohdan, Direktur SINERGI Amil Zakat. Waely memberikan materi soal pemanfaatan teknologi digital dalam optimalisasi pengumpulan wakaf dan zakat di Indonesia.
“Karena sudah menjadi kebutuhan, maka lembaga atau penggiat wakaf mau tidak mau harus memanfaatkan teknologi digital untuk mengoptimalisasi pengumpulan wakaf, di Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, Waely memberikan contoh, dari sisi pengumpulan wakaf dan zakat yang diperoleh SINERGI Foundation, 80% berasal dari pengumpulan yang memanfaatkan teknologi digital. Salah satunya melalui pemanfaatan media sosial.
“Persoalan penting yang menjadi perhatian adalah bagaimana menbuat konten-konten menarik untuk dapat menarik perhatian para calon wakif atau muzakki,” ujar Waely.
Menurut Waely, para penggiat wakaf di Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan cara konvensional dalam menarik para wakif atau muzakki.
“Karena yang terpenting adalah bagaimana menarik atensi terlebih dahulu. Ketika mereka sudah memberikan atensi, maka akan lebih mudah memberikan pemahaman tentang pentingnya wakaf, zakat, infaq, dan sedekah,” terang Waely.
Meski begitu, kegiatan offline tetap harus berjalan paralel. Karena kegiatan offline tetap memiliki peminat yang cukup tinggi.
“SINERGI Foundation kerap membuat kegiatan offline. Di mana kita mengumpulkan anak-anak muda sebagai relawan, dan ini kegiatan ini cukup tinggi peminatnya,” tutupnya. (YAS)